Brand Bakoel Koffie

Kebiasaan mengopi baik di waktu pagi maupun malam memang sudah menjadi rutinitas yang dilakukan oleh setiap individu terutama orang Indonesia. Kegiatan mengopi ini terkadang dilakukan bukan dengan maksud untuk hanya sekedar menyantap segelas kopi saja, akan tetapi sekaligus menghabiskan waktu bersama dengan kerabat atau orang yang dicintai.

 

Bahkan sudah banyak yang menjadikan kebiasaan mengopi ini sebagai gaya hidup yang mengakar serta setidaknya pernah dilakukan sekali dalam seumur hidup.  Di jaman perkembangan era sekarang ini sudah sangat banyak bertebaran warung kopi di berbagai belahan sudut kota, wilayah, bahkan hingga ke daerah pelosok sekalipun.

Dari banyaknya warung kopi ini, bakoel koffie menjadi satu warung kopi tertua yang ada di Indonesia dengan sejarah yang disimpannya. Asal usul dari seorang imigran asal China Selatan tepatnya di daerah Guangdong yang bernama Liauw Tek Soen yang dulunya pernah mendirikan warung makan atau dikenal dengan warung nasi bersama dengan istrinya yang merupakan warga negara asli Indonesia.

Dahulu warung ini diberi nama warung tinggi yang mereka juga menyediakan kopi yang khusus dibuat oleh Liauw, bahkan banyak pengunjung yang lebih menyukai hidangan kopi daripada nasi saat berkunjung ke Warung Tinggi ini. Lokasi bakoel koffie ini berada di jalan Hayam Wuruk yang dulunya dikenal dengan nama Molenvliet Oost.

Perjalanan Bisnis Bakoel Koffie Yang Tidak Terduga

Dulu nya saat Liauw hendak membuat hidangan kopi, ia mendapatkan biji kopi yang dibeli dari seorang wanita yang biasanya membawa kopi yang dijualnya dengan bakul. Saat hendak memanggang kopi, ia menggunakan kayu bakar yang kemudian saat sudah jadi ia hidangkan untuk para tamu yang datang ke warung nya.

Lama kelamaan saat ia merasa bahwa hidangan kopi yang diberikannya itu mendapatkan respon positif dari pengunjung, ia memutuskan untuk mendirikan pabrik kopi pertama yang hadir di sekitar wilayah tersebut dan kemudian diberi nama Tek Soen Hoo. Setelah dua tahun lamanya bisnis bakoel koffie ini berjalan, kemudian ia menyerahkan usaha tersebut ke anaknya, Liauw Tek Siong.

Karena menjadi satu-satu nya bisnis kopi yang ada pada saat itu, sehingga bisnis ini menjadi langka dan sulit untuk ditemukan. Sehingga ia memutuskan untuk mengekspor bubuk kopi ini ke negara Belanda karena adanya pelanggan yang memesan campuran biji robusta dan arabika.

Di usianya yang menginjak 60 tahun, Tek Soen Hoo sebagai anak dari Liauw memiliki usaha yang sudah sangat berkemabang hingga sudah mengembangkan metode memanggang biji kopi dengan rotating drum namun masih tetap menggunakan kayu bakar. Sehingga pada ulang tahunnya ia merayakan dengan memberikan makanan hidangan enak kepada pengunjung dan bebas meminum kopi seberapa banyak yang diinginkan.

Bisnis Turun Temurun Yang Semakin Berkembang

Setelah diturunkan langsung kepada anaknya Liauw, bisnis bakoel koffie ini kemudian diteruskan kepada anaknya Wudjan Widjaja yaitu Darmawan Widjadja yang bersama ketiga saudaranya mengelola bisnis ini. Pada tahun 1970 mereka berhasil mengekspor biji kopi ini ke negeri Sakura, Jepang dan dua tahun setelahnya pada 1972 adanya inovasi produk pada bentuk kemasan yang berubah dari kertas coklat menjadi alumunium foil.

Hingga mencapai usia nya ke 100 tahun pun ternyata bisnis ini masih eksis dan diterima dengan respon baik oleh para pengunjung setianya, untuk merayakan ulang tahun ke 100 diselenggarakan perayaan di Gelora Senayan, Jakarta Pusat. Nama usaha ini berubah menjadi bakoel koffie saat diubah oleh anak Darmawan yang bernama Syenny dan Hendra dengan logo khas nya wanita berkain sarun membawa bakul bambu di kepalanya.

Perjalanan yang dilewati oleh Syenny dan Hendra tidaklah semudah yang dijalankan oleh penerus terdahulu, mereka harus menyiapkan proposal, membuat riset, bussiness plan, hingga meyakinkan ayah mereka untuk mendapatkan persetujuan mengganti nama usaha atau bisnis yang sudah ratusan tahun diwariskan. Mengandalkan kesuksesan dan nama baik dari usaha, akhirnya usaha atau bisnis bakoel koffie ini membuka hingga delapan gerai yang lokasinya semua di Jakarta.

Investornya sendiri berasal dari keluarga besar dan juga melibatkan keluarga luar dan luar negeri. Lama-kelamaan karena berbagai macam alasan, dari jumlahnya delapan gerai akhirnya gerai bakoel koffie ini menjadi hanya dua saja yaitu Bakoel Koffie Bintaro dan Bakoel Koffie Cikini yang sepenuhnya milik keluarga.

 

baca juga

100 Daftar Branding Agensi Dunia

Brand Jim Thompson, Raja Sutera dari Thailand

Perjalanan 185 Brand Nasional Dan Internasional

 

Tips Bakoel Koffie Selalu Ramai Pengunjung Meski Sudah Puluhan Tahun Beroperasi

Saat warung kopi ini sudah berubah nama menjadi bakoel koffie, memang sudah berada di pengawasan atau pengelolaan oleh Syenny. Tidak terasa sudah 15 tahun eksis dan dikenal sebagai bisnis warung kopi yang sukses oleh para pengunjung, bakoel koffie ternyata tidak tahu secara pasti berapa banyak atau ton kopi yang terjual setiap bulannya.

Ia sendiri mengaku tidak pernah menerima gaji alias berperan sebagai “labour of love” karena mengaku jika hanya fokus menghitung ia tidak akan pernah merasa puas dan bisa kehilangan jiwa dalam menjalankan bisnis. Syenny sangat memfokuskan besaran gaji karyawan yang harus dibayar, menyediakan vitamin untuk para karyawan, hingga membantu karyawan yang mengalami kesulitan.

Seperti salah satu contoh pada waktu itu ada karyawan yang motornya dicuri, maka pihak perusahaan bersedia memberikan uang pinjaman kepada pegawai tersebut hingga membayar secara cicilan. Ia mengaku begitu lah cara yang bisa diterapkan agar bisnis nya ini berbeda dengan warung kopi orang lain sehingga tidak bisa dicontoh.

Scroll to Top