jkt.web.id/ – Maskapai Garuda Indonesia yang dikelola perusahaan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk baru-baru ini berupaya untuk menggendong anak perusahaanya, PT Citilink Indonesia yang mengelola Maskapai Citilink agar lebih kuat dalam percaturan industri penerbangan yang semakin sengit.
Melalui program bertajuk, “Supergreen GarudaMiles” yang baru saja diluncurkan, mereka berupaya untuk meningkatkan servis dengan memberikan keuntungan ekstra kepada pelanggan kedua keluarga maskapai ini.
Bentuk nyata dari program “Supergreen GarudaMiles” ini adalah penggabungan keanggotaan (joint membership) untuk penumpang kedua maskapai ini (Garuda & Citilink) yang diluncurkan secara bersamaan pada acara Citilink Days di Mall Gandaria City kemarin (18/2).
Berbicara mewakili Direktur Utama Garuda Indonesia M Arif Wibowo, pada peluncuran tersebut, Direktur Cargo Garuda Indonesia Sigit Muhartono menjelaskan bahwa berbekal pada pengamatan tren penumpang Garuda Indonesia maupun Citilink yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, maka mereka berniat untuk meningkatkan kemudahan dan pelayanan yang terbaik demi tercapainya kenyamanan perjalanan pelangga melalui group synergy yang dipayungi program Supergreen GarudaMiles tersebut.
baca juga Perlu Dicatat! Tokoh-Tokoh Bisnis Ini Memulai Usahanya dari Darat!
Sigit menjelaskan, “Dengan Supergreen GarudaMiles ini, maka seluruh anggota GarudaMiles dapat memperoleh dan menukarkan miles-nya pada penerbangan Citilink.”
Masih pada acara yang sama, Mega Satria, Direktur Citilink Indonesia menambahkan bahwa program ini diharapkan mampu memperkuat daya kompetisi sekaligus memberikan nilai tambah bagi Citilink Indonesia menjadi maskapai ternama di tengah semakin sengitnya persaingan dunia penerbangan di Indonesia.
Lebih lanjut Mega menjelaskan bahwa, “Garuda Indonesia Group memahami bahwa saat ini aktivitas penerbangan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Kartu Supergreen GarudaMiles merupakan jenis kartu bagi anggota GarudaMiles, yang baru saja melakukan pendaftaran melalui channel Citilink.”
Mega menjanjikan bahwa melalui program ini, pelanggan yang sudah menjadi anggota Supergreen GarudaMiles akan mendapatkan point reward berupa miles jika melakukan penerbangan dengan maskapai Garuda Indonesia, Citilink, maupun maskapai partner GarudaMiles lainnya yang telah tergabung dengan Skyteam, serta merchant yang notabene telah menjalin kerja sama dengan GarudaMiles.
“Pelanggan yang sudah tergabung sebelumnya dalam keanggotaan GarudaMiles atau Citilink Supergreen tidak perlu mendaftarkan diri kembali karena keduanya berada di dalam satu program keanggotaan yang sama,” jelas Mega.
Program kolaborasi yang dilakukan Garuda dengan menggendong anak perusahaan ini sepertinya memang untuk melengkapi strategi pemenangan persaingan yang telah dicanangkan Garuda Indonesia di tahun 2017 sekarang.
Sebelumnya, PT Garuda Indonesia Tbk (Persero) guna menjaga supremasinya sebagai maskapai penerbangan nomor satu di Indonesia telah bersiap untuk mengantisipasi persaingan di industri penerbangan tahun 2017 sekarang dengan bekal penerapan dua strategi andalan yaitu mematok asumsi harga avtur dan melakukan lindung nilai (hedging) dari fluktuasi nilai valuta asing.
baca juga Jasa Menaikkan Follower di Sosial Media Dengan Cara Kekinian
Direktur Utama Garuda Indonesia M Arif Wibowo, secara optimis menyatakan pada tahun ini (2017) sekarang, timnya sudah menyiapkan langkah-langkah antisipatif terhadap kemungkinan akan melonjaknya harga minyak di pasar global dan fenomena fluktuasi kurs mata uang asing terhadap rupiah.
Analisanya hal tersebut tidak terlepas dari kondisi perekonomian global di tahun 2017 sekarang yang belum sepenuhnya bisa pulih sehingga kemungkinan besar sangat berdampak kepada bisnis industri penerbangan di dunia pada umumnya dan juga terjadi di Indonesia pada khususnya.
Arif melanjutkan, menyikapi atas kemungkinan melonjaknya harga minyak di atas, maka Garuda akan menetapkan asumsi harga avtur sebesar 57 sen dolar AS per liter.
Ia sangat menyadari bahwa, “Harga minyak menjadi faktor utama dalam konteks cost strategy, karena bisa berdampak langsung pada kinerja di 2017.”
Terkait permasalahan tersebut, Perseroan akan melakukan hedging valas guna melindungi fluktuasi nilai tukar dari transaksi pembayaran pinjaman perusahaan.
Ketika di klarifikasi sayangnya, Arif tidak bersedia menyebutkan nilai hedging yang dimaksud. Dirinya hanya menjelaskan langkah hedging yang dimaksudkan tersebut adalah untuk menjaga neraca keuangan perseroan dari efek negatif pelemahan rupiah yang kemungkinan akan terjadi.
Terlepas dari strategi untuk mematok harga avtur dan hedging, Garuda juga menyatakan siap untuk menggenjot layanan e-commerce mereka. Alasannya, di era ekonomi digital sekarang, perusahaan harus mampu terus menggali pendapatan dari sisi non aviasi.
“Kontribusi e-commerce kami targetkan terus tumbuh menembus 30-40 persen. Semua kita benahi, jangan sampai kita sebagai airline tertinggal dari perusahaan penerbangan lain,” yakinnya.
Dengan tetap optimis, meskipun ke depan diprediksi tingkat persaingan industri penerbangan tanah air akan semakin ketat, Arif tetap berani menargetkan pertumbuhan kapasitas penumpang Garuda Indonesia akan mencapai sebesar 8,7 persen pada tahun 2017 sekarang. Angka ini lebih tinggi dibandingkan proyeksi pertumbuhan industri penerbangan sendiri yang hanya berkisar di angka 6,9 persen.
Adapun pertumbuhan tersebut digunakan untuk ekspansi ke pasar China dan Timur Tengah, terutama rute-rute umrah. Sedangkan untuk rute-rute domestik, Garuda akan lebih menambah kapasitas di wilayah Timur sekitar 12 persen dan di wilayah Barat sekitar 6,6 persen.
“Untuk di tahun ini, kita sudah coba antitipasi bagaimana peningkatan kapasitas ini harus diikuti dengan peningkatan pendapatan sekaligus tingkat isian yang lebih baik,” pungkasnya penuh harap.